A. BIJAKSANA
Kebijaksanaan adalah anugerah istimewa dari Tuhan. Kebijaksanaan menjadi tiang kehidupan utama dalam membentuk kepribadian yang bernilai tinggi dan semakin baik. Sejak manusia berpikir, kebijaksanaan menjadi peran utama dalam meningkatkan hidup individu. Dengan kebijaksanaan, ilmu pengetahuan dapat diterima dengan mudah dan sikap baik lain dapat dilaksanakan. Apabila kebijaksanaan tidak ada dalam diri kita, maka pandangan kita akan tumpul dan menyempit serta pendirian kita dapat tergoyahkan oleh hal-hal yang sepeleh.
Seorang yang bijaksana akan terbuka dengan sudut pandangan lain dan menerimanya tanpa perlu mengorbankan pendirian dan keyakinan diri sendiri. Perlu digarisbawahi, yang merusak kebijaksanaan adalah sifat kasar, sombong, pemarah, angkuh, iri dengki, benci, acuh dan tak acuh, tidak menghargai orang lain, dan merasa paling benar.
Kebijaksanaan menjaga seseorang dari ketidakadilan dan mencegah diri melakukan perbuatan yang batil (merugi).
1. BERSIAP DAN TIDAK TERBURU-BURU
Seorang yang bijak selalu bersiap menghadapi masalah atau situasi apapun meski dalam situasi yang sulit. Seorang yang bijak tidak akan tergesa-gesa mengambil keputusan. Ia akan menimbang segala kemungkinan yang akan terjadi atas keputusan yang dipilihnya tersebut. Tidak terburu-buru tentu berbeda dengan bermalas-malasan. Memang ada satu kesamaan yakni menunda.
2. CERDAS ATAU CERDIK
Cerdik dan licik tentu berbeda. Kecerdikan memiliki konotasi yang jauh lebih positif daripada kelicikan. Seseorang yang bijak memiliki kecerdikan dalam menilai atau memutuskan sesuatu. Dia akan mempertimbangkan sesuatu dari berbagai sisi, misal baik dan buruknya keputusan yang akan diambil dalam menyelesaikan permasalahannya. Kecerdasan juga membantu individu untuk menemukan tujuan dan makna kehidupan yang dijalaninya. Seorang yang cerdas akan membuat perencanaan hidup yang tertata dengan pertimbangan yang matang.
3. BERILMU DAN BERPENGALAMAN LUAS
Seorang bijak menggunakan ilmu dan pengalaman yang dimilikinya untuk tindakan atas apa yang menimpanya.
4. BERPEGANG TEGUH PADA PENDIRIAN DAN PRINSIP
Sesuai yang dikatakan di atas, orang yang bijaksana akan memiliki kependirian yang teguh. Ia tidak akan tergoyahkan oleh apapun. Keyakinan dan prinsip hidupnya menjadi hal utama dalam kehidupannya. Orang yang teguh pendirian tidak akan mudah mengikuti apa yang sedang ramai menjadi perbincangan, karena ini memiliki sudut pandang yang berbeda dari kebanyakan orang.
5. TOLERANSI
Berbeda dengan plin plan, toleransi lebih kepada penghargaan terhadap perbedaan. Jika pelimpahan mengikuti tren tanpa mengerti tujuan yang pasti, maka toleransi adalah sikap saling menghormati dan menerima perbedaan tanpa memandang buruk nilai perbedaan tersebut. Orang yang toleran akan dihargai di manapun daripada orang yang bebal dan prinsip yang keliru.
Indonesia bisa menjadi negara yang besar karena nilai persatuan. Nilai persatuan tercipta dari rasa toleransi tinggi antar penduduk. Namun, Indonesia juga dapat dipecah belah dengan mudah bila nilai toleransi ini luntur di hati rakyatnya. Mengapa demikian? Ini karena Indonesia memiliki banyak perbedaan mulai dari suku, ras, budaya, bahasa, agama, provinsi, hingga fisik rakyat tiap daerah.
Contoh kecil dari toleransi ialah ketika kita mendatangi sebuah tempat makan. Kita akan tahu siapa saja dari mana, dari suku apa, dari agama apa, dan memiliki budaya bagaimana setiap pengunjung tempat makan tersebut. Namun, ketika kita telah duduk berdampingan, kita menikmati makanan yang berbeda dan akhirnya bercakap-cakap ringan. Dari situ dapat tercipta nilai kekeluargaan karena relasi yang dibangun akibat penerimaan perbedaan (toleransi).
Seseorang yang bijaksana akan tersenyum ketika menghadapi masalah yang besar sebab ia tahu apa yang harus dilakukannya. Jika ia melakukan begini maka akan begini, dan jika melakukan begitu, maka akan terjadi begitu. Bagai kan dan jalan pikirannya bekerja bersamaan dan seimbang.
Sementara orang yang tumpul karena kurang pergaulan dari sumber bacaan, kurang lebih dari pengalaman, akan menghabiskan banyak waktunya untuk menyelesaikan masalah kecil yang dianggapnya besar. Itu karena ia tidak tahu sebab dan akibat dari apa yang dilakukannya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda